Kalimat
yang sering dan tak asing di telinga kita yaitu ‘amar ma’ruf nahi munkar.
Kalimat ini bukan hanya sebagai kiasan dalam alam pendengaran kita, namun
sampailah di dalam alam bawah sadar sehingga berbuatlah diri kita dalam
pengamalannya. Kebenaran seharusnya hal mutlak yang mendominasi dari kebatilan
apapun bahkan tak ada sedikitpun perkembangbiakan kebatilan. Banyaknya
orang-orang baik dan berilmu (‘alim) yang diam saja dengan adanya kebatilan-kebatilan
nyata ini suatu musibah yang besar. Dari Abu Hurairah, bersabda Nabi saw. :
“Barangsiapa mengetahui suatu ilmu, lalu menyembunyikannya, maka ia dikenakan
Allah kekang, dengan kekang api neraka, pada hari kiamat (HR. Abu Daud dan
At-Tirmidzi). Sudah selayaknya
orang-orang baik dan berilmu muncul di tengah masyarakat mengobarkan semangat
menegakkan kebenaran diatas kebatilan untuk mengimplementasikan ‘amar ma’ruf
nahi munkar.
Al
Quran turun sebagai pemberi kabar gembira dan pengingat pada umat manusia terutama
umat Nabi Muhammad saw, karena Al Quran turun sebagai wahyu yang diberikan
kepada Nabi Muhammad saw, sebagai pedoman dan dasar mutlak umat setelah Nabi
Muhammad saw yang merupakan umat terbaik diantara umat yang lain. Kewajiban
kita sebagai umat yang dimuliakan oleh Allah hendaklah mengobarkan semangat
berjuang dalam implementasi ‘amar ma’ruf nahi munkar sebagaimana diperintah
Allah swt. Allah berfirman : “Kamu adalah umat yang paling baik, yang
dilahirkan untuk kepentingan manusia, menyuruh mengerjakan yang benar dan
melarang membuat yang salah” (QS. Ali Imran ayat 110). Dalam kitab Ihya’
Ulumuddin karya Imam Ghozali menjelaskan bahwa ini menunjukkan keutamaan ‘amar
ma’ruf dan nahi munkar, karena menerangkan bahwa mereka adalah umat yang paling
baik yang dilahirkan untuk kepentingan manusia. Sebaik-baik manusia adalah yang
bermanfaat bagi manusia lain.
Kita
dapat lihat bersama dalam pandangan nyata kebatilan mendominasi penuh dalam
kehidupan. Contoh mudah, perilaku berpacaran nampaknya sudah menjadi konsumsi
sehari-hari. Kehidupan muda berpacaran telah dianggap hal lumrah yang
nyata-nyata munkar. Al Quran jelas sebagai pemberi peringatan kepada
hamba-hamba-Nya. Allah mengingatkan dalam Kitab Mulia-Nya : “Dan janganlah kamu
mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan
suatu jalan yang buruk” (QS. Al Isra’
ayat 32). Perintah Allah amatlah jelas bahwa menjaga kelamin mutlak harus
dilakukan oleh mukmin sejati. Allah berfirman : “Dan orang yang memelihara
kemaluannya, kecuali terhadap istri-istri mereka atau hamba sahaya yang mereka
miliki, maka sesungguhnya mereka tidak tercela” (QS. Al Mukminun ayat 5-6).
Dijelaskan dalam kitab Bidayatul Hidayah buah karya Imam Ghozali, bahwa tidak
akan dapat menjaga kemaluan dari yang haram kecuali menjaga mata dari melihat
yang haram, menjaga hati dari berpikir yang haram dan juga menjaga perut dari
makanan yang syubhat (tidak jelas status hukum halal/haramnya) serta dengan
menjauhkannya dari rasa kenyang karena semua itu faktor-faktor yang
membangkitkan dan menumbuhkan syahwat.
Terstruktur
menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu sudah dalam keadaan disusun dan
diatur rapi. Batil (al-Bathil), secara linguistik berasal dari kata bathala,
yabthulu yang berarti rusak, salah, palsu, tidah syah, tidak memenuhi syarat
dan rukun, keluar dari kebenaran, terlarang atau haram menurut ketentuan agama.
Menurut Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia
Terlengkap (1997) antonim kata al-haqqu (benar) adalah yang bermakna batil. Di
dalam Al-Qur’an ditemukan 14 kata Al Bathil yang merupakan antonim dari kata
al-haqqu. Dalam sisi linguistik Indonesia, batil disinonimkan dengan kalimat
kejahatan. Perbuatan haq (kebenaran) yaitu perbuatan yang sesuai dengan
ketentuan.
Kekalahan
Haq (kebenaran) adalah salah satu musibah yang perlu diketahui dalam era akhir
zaman. Kejahatan mendominasi di semua elemen yang tak kenal stratifikasi. Dalam
data Badan Pusat Statistik (BPS) yang bersumber dari Biro Pengendalian Operasi
Mabes Polri kejahatan di Indonesia saja dari tahun 2014 mencapai 325.317 dan
meningkat di tahun 2015 menjadi 352.936 dengan prosentase kenaikan signifikan
yaitu 8,5 %. Kejahatan-kejahatan yang terjadi banyak yang dilakukan secara
terorganisasi dan tersusun rapi dalam tindakannya.
Benar
adanya dari seluruh pemaparan di atas, kekalahan kebenaran karena banyaknya
orang-orang yang seharusnya ber-‘amar ma’ruf nahi munkar berdiam diri pada
ilmunya tanpa pengamalannya. Pengamalan melalui wadah-wadah organisasi yang
sesuai jalur akidah secara benar sangatlah dibutuhkan untuk menghantam
kejahatan yang justru lebih rapi. Nampak jelas atsar sahabat yang paling
dicintai oleh Nabi Muhammad saw, Sayyidina Ali bin Abi Thalib Karromallahu
Wajhah : “Kebenaran yang tidak terstruktur, akan dikalahkan dengan Kebatilan
(kejahatan) yang terstruktur.” Menurut penjelasan ulama’, atsar ini menunjukkan
bahwa seharusnya kita bergairah untuk berorganisasi dalam kebenaran sebagai
wadah pencegahan sikap-sikap tidak terpuji. Ini sebagai penyemat para muda-mudi
Islam dalam menghidupkan agamanya, bukan beretorika dalam upaya merobohkan
agama secara halus. Perintah Allah swt : “Hendaklah kamu tolong menolong dalam
mengerjakan pekerjaan baik dan memelihara diri (dari kejahatan) dan janganlah
bantu membantu dalam mengerjakan dosa dan pelanggaran hukum (QS. Al Maidah ayat
2).
Semoga
memahami serta mengamalkan.
Wallahu
‘alam.